Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Dari Aceh hingga Papua, setiap daerah memiliki pakaian adat yang unik dan khas, mencerminkan identitas, nilai, dan sejarah masyarakat setempat. Pakaian adat tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan warisan budaya yang perlu dilestarikan. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai 35 macam pakaian adat beserta nama, asal, dan maknanya.
1. Ulee Balang (Aceh)
Pakaian adat Aceh, Ulee Balang, terdiri dari tiga bagian utama: meukeutop (penutup kepala), meukasah (baju), dan sileuweu (celana). Meukeutop terbuat dari kain sutera yang dililitkan, sedangkan meukasah dihiasi dengan sulaman emas. Sileuweu adalah celana panjang berwarna hitam yang ditenun dari kain katun.
2. Bundo Kanduang (Sumatera Barat)

Bundo Kanduang adalah pakaian adat Sumatera Barat yang identik dengan warna merah dan aksesoris lengkap. Busana ini biasanya digunakan dalam acara pernikahan dan terdiri dari selendang, mahkota, gelang, dan kalung.
3. Ulos (Sumatera Utara)
Ulos adalah kain tenun tradisional Sumatera Utara yang memiliki makna filosofis. Warna merah, hitam, dan putih melambangkan nilai-nilai kehidupan dan hubungan antar manusia.
4. Aesan Gede (Sumatera Selatan)
Aesan Gede adalah pakaian adat Sumatera Selatan yang terbuat dari kain songket. Busana ini didominasi oleh perhiasan bercita rasa emas dan memiliki unsur Hindu-Buddha.
5. Teluk Belanga (Kepulauan Riau)
Teluk Belanga adalah pakaian adat Kepulauan Riau yang terdiri dari baju untuk laki-laki dan kebaya labuh untuk perempuan. Modelnya berkerah dan berkancing emas atau permata.
6. Kebaya Laboh dan Kurung Cekak Musang (Riau)
Kebaya Laboh digunakan oleh wanita, sedangkan Kurung Cekak Musang untuk pria. Busana ini sering dikenakan pada acara formal seperti kunjungan kerajaan.
7. Baju Betabur (Bengkulu)
Baju Betabur adalah busana pengantin khas Bengkulu yang dipadukan dengan rok songket. Pengantin laki-laki juga menggunakan baju betabur dengan kain beludru dan songket.
8. Baju Kurung (Jambi)
Baju Kurung terbuat dari bahan beludru, saten, atau santung dengan sulaman benang emas. Motifnya bervariasi, termasuk bunga tanjung dan teratai.
9. Paksian (Bangka Belitung)

Paksian adalah pakaian pengantin khas Pangkal Pinang. Wanita memakai Baju Kurung Merah, sedangkan laki-laki menggunakan sorban yang disebut sungkon.
10. Tulang Bawang (Lampung)
Tulang Bawang memiliki model baju yang tertutup dengan atasan putih dan bawahan celana berwarna serupa. Sarung berwarna merah dan emas dililitkan di pinggang.
11. Pangsi (Banten)
Pangsi adalah baju kemeja polos yang longgar untuk laki-laki. Busana ini merupakan pakaian khas suku Betawi dan Sunda.
12. Kebaya Encim (DKI Jakarta)
Kebaya Encim adalah hasil perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi. Busana ini digunakan dalam acara-acara resmi dan memiliki motif yang khas.
13. Kebaya Sunda (Jawa Barat)
Kebaya Sunda memiliki motif leher yang berbeda dari kebaya Jawa lainnya. Warna lebih cerah dan bawahan dipadukan dengan kain jarik.
14. Kesatrian Ageng (Yogyakarta)
Kesatrian Ageng adalah pakaian adat Yogyakarta yang terdiri dari surjan, celana hitam, kain batik, dan hiasan kepala.
15. Jawi Jangkep (Jawa Tengah)
Jawi Jangkep adalah pakaian adat Jawa Tengah yang dominan berwarna hitam. Ditemani oleh kebaya Jawa Tengah untuk wanita.
16. Pesa’an (Jawa Timur)

Pesa’an adalah pakaian khas Madura yang terdiri dari kaus bergaris merah dan putih serta celana hitam.
17. Payas Agung (Bali)
Payas Agung adalah pakaian adat Bali yang digunakan dalam upacara pernikahan atau potong gigi. Busana ini sangat mewah dan spesial.
18. Pegon (Nusa Tenggara Barat)
Pegon adalah pakaian adat Sasak yang terinspirasi dari busana Eropa. Bahan dasarnya kain gelap, berbeda dari kain songket.
19. Amarasi (Nusa Tenggara Timur)
Amarasi adalah pakaian adat Suku Dawan yang terdiri dari selimut kain tenun ikat dan Baju Bodo.
20. King Baba dan King Bibinge (Kalimantan Barat)
King Baba adalah pakaian adat Dayak Kalimantan Barat untuk laki-laki, sedangkan King Bibinge untuk perempuan. Busana ini terbuat dari kulit kayu kapuo yang dihiasi manik-manik.
21. Upak Nyamu (Kalimantan Tengah)
Upak Nyamu dibuat dari kulit kayu nyamu yang dipipihkan. Busana ini bisa berbentuk rompi atau baju tanpa lengan.
22. Ta’a dan Sapei Sapaq (Kalimantan Utara)
Ta’a adalah pakaian adat untuk perempuan, sedangkan Sapei Sapaq untuk laki-laki. Busana ini memiliki anyaman manik dan motif khusus.
23. Bagajah Gamuling Baular Lulut (Kalimantan Selatan)

Bagajah Gamuling Baular Lulut adalah pakaian pengantin klasik dari Kalimantan Selatan yang berasal dari zaman kerajaan Hindu.
24. Kustin (Kalimantan Timur)
Kustin adalah pakaian adat Kutai Kalimantan Timur yang terbuat dari beludru hitam. Digunakan dalam upacara pernikahan.
25. Pattuqduq Towaine (Sulawesi Barat)
Pattuqduq Towaine adalah pakaian adat Mandar Sulawesi Barat yang terdiri dari atasan, sarung, dan aksesoris.
26. Nggembe (Sulawesi Tengah)
Nggembe adalah pakaian adat Kaili Sulawesi Tengah yang memiliki warna merah, kuning, dan hitam. Busana ini memiliki bentuk segi empat dan kerah bulat.
27. Laku Tepu (Sulawesi Utara)
Laku Tepu adalah pakaian adat Sangihe Sulawesi Utara yang berupa terusan panjang. Dilengkapi dengan ikat kepala bernama paporong.
28. Babu Nggawi (Sulawesi Tenggara)
Babu Nggawi adalah pakaian adat Tolaki Sulawesi Tenggara yang digunakan dalam acara adat. Atasannya disebut Lipa Hinoru, sedangkan bawahannya Roo Mendaa.
29. Baju Bodo (Sulawesi Selatan)
Baju Bodo adalah pakaian adat Makassar yang memiliki bentuk segi empat dan lengan pendek. Digunakan dalam acara adat dan resmi.
30. Biliu dan Makuta (Gorontalo)
Biliu dan Makuta adalah pakaian adat Gorontalo yang digunakan dalam upacara pernikahan. Biliu memiliki banyak aksesoris, sedangkan Makuta lebih simpel.
31. Cele (Maluku)
Cele adalah kain kebaya yang dikombinasikan dengan salele di pinggang. Motifnya garis-garis geometris atau kotak-kotak.
32. Manteren Lamo (Maluku Utara)
Manteren Lamo adalah pakaian adat Sultan Maluku Utara yang terdiri dari jas merah dengan bordir emas.
33. Ewer (Papua Barat)
Ewer adalah pakaian adat Papua Barat yang terbuat dari jerami kering. Dengan perkembangan modern, kain tambahan ditambahkan di bagian atasan.
34. Koteka (Papua)
Koteka adalah pakaian adat Papua yang digunakan untuk menutupi kemaluan. Fungsinya sebagai simbol kebudayaan dan identitas.
35. Pummi (Papua Selatan)
Pummi adalah rok mini dari anyaman daun sagu yang digunakan oleh laki-laki. Perempuan menggunakan Tok, yang mirip dengan cawat.
Keberagaman Budaya Indonesia
Setiap pakaian adat Indonesia memiliki makna filosofis dan nilai-nilai budaya yang mendalam. Mereka tidak hanya menjadi simbol identitas daerah, tetapi juga menjadi bukti bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan memahami dan menghargai pakaian adat, kita dapat menjaga warisan budaya Indonesia untuk generasi mendatang.




